Tempatkanbagian kulit filet di bawah dan iris pertemuan antara kulit dan daging ikan. Secara perlahan gerakkan pisau ke ujung yang berlawanan, dan sambil memegang kulit ikan dengan kuat, tarik kulit tersebut saat Anda mengirisnya. [9] Sama seperti membuang sisik, dianjurkan untuk menghilangkan kulit ikan sebelum Anda memasaknya.
Intisari Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan fillet ikan yang diproduksi oleh industri rumah tangga di Blanakan-Pantura yang dapat digunakan sebagai bahan baku sosis. Manfaat dari penelitian diharapkan fillet ikan yang berasal dari Blanakan-Pantura dapat meningkat daya gunanya, masa simpan, dan nilai jualnya apabila diolah lebih lanjut menjadi sosis ikan. Metode penelitian diawali dengan pembuatan fillet ikan dari 3 jenis ikan, yaitu 1 ikan kurisi Nemipterus nematophorus, 2 ikan mata besar Priacanthus tayenus, dan 3 ikan kembung Rastrelliger kanagurta yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku sosis dengan bahan pengisi 1 tepung tapioka, 2 pati sagu , dan 3 campuran tapioka sagu, dengan konsentrasi 10%. Sosis ikan dilakukan pengujian organoleptik terhadap warna, aroma, rasa dan penampakan dengan metode Hedonic Scale Scoring, menggunakan 50 panelis agak terlatih dengan skala penilaian 1-7, yaitu mulai dari sangat suka sampai sangat tidak suka. Selanjutnya sampel sosis ikan dilakukan analisis kimia terhadap 1 kadar air, 2 kadar karbohidrat, 3 kadar lemak, dan 4 kadar protein. Standar kualitas sosis mengacu kepada Standar Nasional Indonesia SNI No. pengujian organoleptik sosis ikan yang mendapatkan penilaian tertinggi berdasarkan metode scoring adalah sosis ikan yang menggunakan fillet ikan mata besar dengan bahan pengisi tepung tapioka 10%, hasil analisis kimia mengandung kadar air 71,58%, kadar abu 1,70%, kadar karbohidrat 1,82%, kadar lemak 1,80%, dan kadar protein 10,78%. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia ISBN 978-979-98645-4-9 “Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan†Bandung, 24 April 2008 B-10-1 Potensi fillet ikan dari Blanakan – Pantura untuk bahan baku sosis ikan Ainia Herminiati, Taufik Rahman Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna – LIPI Jl. Aipda KS. Tubun no. 5, Subang 41213 Telp. 0260 - 411478/ 412878, Fax. 0260 - 411239 Email tauf007 Intisari Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan fillet ikan yang diproduksi oleh industri rumah tangga di Blanakan-Pantura yang dapat digunakan sebagai bahan baku sosis. Manfaat dari penelitian diharapkan fillet ikan yang berasal dari Blanakan-Pantura dapat meningkat daya gunanya, masa simpan, dan nilai jualnya apabila diolah lebih lanjut menjadi sosis ikan. Metode penelitian diawali dengan pembuatan fillet ikan dari 3 jenis ikan, yaitu 1 ikan kurisi Nemipterus nematophorus, 2 ikan mata besar Priacanthus tayenus, dan 3 ikan kembung Rastrelliger kanagurta yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku sosis dengan bahan pengisi 1 tepung tapioka, 2 pati sagu , dan 3 campuran tapioka sagu, dengan konsentrasi 10%. Sosis ikan dilakukan pengujian organoleptik terhadap warna, aroma, rasa dan penampakan dengan metode Hedonic Scale Scoring, menggunakan 50 panelis agak terlatih dengan skala penilaian 1 – 7, yaitu mulai dari sangat suka sampai sangat tidak suka. Selanjutnya sampel sosis ikan dilakukan analisis kimia terhadap 1 kadar air, 2 kadar karbohidrat, 3 kadar lemak, dan 4 kadar protein. Standar kualitas sosis mengacu kepada Standar Nasional Indonesia SNI No. pengujian organoleptik sosis ikan yang mendapatkan penilaian tertinggi berdasarkan metode scoring adalah sosis ikan yang menggunakan fillet ikan mata besar dengan bahan pengisi tepung tapioka 10%, hasil analisis kimia mengandung kadar air 71,58%, kadar abu 1,70%, kadar karbohidrat 1,82%, kadar lemak 1,80%, dan kadar protein 10,78%. Kata kunci Fillet Ikan, Potensi Blanakan, Sagu, Sosis Ikan, Tapioka. 1. Pendahuluan Latar Belakang Blanakan terletak di kawasan Pantura dan berada di wilayah kabupaten Subang dengan tipologi daerah pantai atau pesisir. Potensi sumber daya alam yang melimpah adalah hasil perikanan berupa hasil tangkapan ikan laut. Pengelolaan dalam bentuk penentuan harga jual dilakukan di Tempat Pendaratan Ikan TPI yang dikoordinasi oleh KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik Blanakan. Pengolahan ikan dalam skala industri rumah tangga dilakukan dalam bentuk pembuatan fillet ikan 5 pengolah dan pembuatan ikan asin 1 pengolah. Fillet ikan yaitu daging ikan yang telah dipisahkan dari tulangnya Yatin, 2003. Fillet ikan yang dihasilkan dijual dengan harga Rp. kepada industri yang memproduksi sosis, nugget dan olahan ikan lainnya yang berada di daerah Karawang dan Cikampek. Diversifikasi produk dari fillet ikan perlu dilakukan, salah satunya dengan dibuat sosis ikan. Menurut Suhartini et. al., 2005, sosis merupakan daging cincang atau daging giling daging sapi atau ikan yang dihaluskan dan ditambahkan bahan-bahan lain seperti bumbu-bumbu, bahan pengikat yang kemudian dibentuk dengan ukuran yang sama menggunakan selongsong yang biasanya terbuat dari jaringan ikat usus hewan, selulosa, dan casing plastik. Sosis ikan disukai dari mulai kalangan anak-anak sampai dewasa, hal ini karena rasa sosis ikan yang lebih gurih apabila dibandingkan dengan produk ikan lainnya. Teknologi pembuatan sosis ikan mudah Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia ISBN 978-979-98645-4-9 “Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan†Bandung, 24 April 2008 B-10-2 diadopsi oleh masyarakat kelompok nelayan. Untuk menghasilkan suatu produk sosis ikan yang berkualitas dan dapat diterima oleh konsumen memerlukan teknologi proses dan teknologi peralatan yang tepat guna sehingga menunjang terhadap produk yang akan dihasilkan. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah 1 memanfaatkan fillet ikan yang diproduksi oleh industri rumah tangga di Blanakan-Pantura yang dapat digunakan sebagai bahan baku sosis, 2 menambah keterampilan kelompok masyarakat nelayan terhadap diversifikasi produk dari ikan. II. METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan yang digunakan meliputi fillet ikan kurisi, fillet ikan mata besar, fillet ikan kembung, tepung tapioka, pati sagu, skim, bawang putih, bawang merah, garam, lada/merica, jahe, es batu, penyedap rasa, minyak goreng, casing plastik, dan benang kasur. Alat yang digunakan meliputi alat proses pembuatan sosis, alat analisis kimia, dan alat bantu pengujian organoleptik. Tahapan Penelitian 1. Pengambilan sampel ikan segar untuk pengujian dan pembuatan fillet ikan dilakukan di Tempat Pendaratan Ikan TPI Blanakan. 2. Pembuatan sosis ikan menggunakan metode sosis segar dengan karakteristik bahan baku daging segar, tidak dikuring, tidak digiling, berbumbu, dibungkus, dimasak sebelum dihidangkan. Proses pembuatan sosis ikan sesuai dengan rancangan perlakuan dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan B2PTTG - LIPI Subang. Tabel 1. Variasi perlakuan pembuatan sosis ikan Jenis bahan pengisi Jenis fillet 1. T. Tapioka 10% 2. Pati Sagu 10% 3. Tapioka Sagu 5% 5% A. Ikan kurisi A1 A2 A3 B. Ikan mata besar B1 B2 B3 C. Ikan kembung C1 C2 C3 3. Pengujian organoleptik terhadap warna, aroma, rasa dan penampakan dengan metode Hedonic Scale Scoring, menggunakan 50 panelis agak terlatih dengan skala penilaian 1 – 7, yaitu mulai dari 1 tidak suka, 2, agak tidak suka, 3 normal, 4 agak suka, 5 suka, 6 sangat suka, 7 amat sangat suka. 4. Analisis kimia terhadap 1 kadar air dengan metode gravimetri, 2 kadar abu dengan metode gravimetri, 3 kadar protein dengan metode mikro kjeldahl, 4 kadar lemak dengan metode weibull, dan 5 kadar karbohidrat dengan metode luff schoorl. Standar kualitas sosis mengacu kepada Standar Nasional Indonesia No. 01-3820-1995. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia ISBN 978-979-98645-4-9 “Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan†Bandung, 24 April 2008 B-10-3 Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan sosis ikan berdasarkan metode pembuatan sosis segar III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Hasil perhitungan rendemen fillet ikan disajikan pada Tabel 2, hasil analisis kimia fillet ikan disajikan pada Tabel 3, hasil pengujian organoleptik sosis ikan disajikan pada Gambar 2, dan hasil analisis kimia sosis ikan disajikan pada tabel 4. Hasil pengujian fillet ikan Tabel 2. Rendemen fillet ikan Jenis Ikan Berat Ikan Utuh Berat Fillet Rendemen Ikan Kurisi 19,5 kg 8,05 kg 41,28 % Ikan Mata Besar 20,5 kg 6,00 kg 29,27 % Ikan Kembung 12,4 kg 5,70 kg 45,97 % Pembuatan fillet Ikan segar Kepala, tulang, ekor, isi perut Fillet ikan Penggilingan Tahap I Es batu Penggilingan Tahap II Tepung bahan pengisi Penggilingan Tahap III Bumbu-bumbu Penghalusan Pengisian adonan ke dalam casing Pengemasan Penyimpanan Perebusan T = 80 - 90ËšC, t = 30 menit T = kamar Sosis ikan Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia ISBN 978-979-98645-4-9 “Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan†Bandung, 24 April 2008 B-10-4 Rendemen ialah perbandingan antara fillet yang dihasilkan terhadap berat ikan utuh. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa rendemen fillet ikan berbeda – beda tergantung jenis ikannya yang berkisar antara 29,27 - 45,97 %. Rendemen fillet ikan yang terbesar diperoleh pada ikan kembung. Secara umum dapat dikatakan bahwa ikan yang berdaging tebal memiliki rendemen fillet yang lebih besar dibandingkan dengan ikan yang berdaging tipis. Tabel 3. Hasil analisis proksimat fillet ikan Sampel Air % Abu % Protein % Lemak % A. Ikan Kurisi 79,00 1,45 16,51 1,07 B. Ikan Mata Besar 80,69 0,96 15,82 1,21 C. Ikan Kembung 79,48 1,06 21,18 1,33 Hasil pengujian proksimat terhadap fillet ikan memperlihatkan bahwa kandungan terbesar ikan adalah air dengan nilai yang berkisar antara 79,00 – 80,69%. Menurut Suhartini et. al., 2005 kadar air pada ikan segar berkisar antara 60 – 80 %. Hasil uji kadar abu menunjukkan nilai kadar abu ketiga jenis ikan berkisar antara 0,96 – 1,45% dengan nilai kadar abu terbesar dimiliki oleh fillet ikan kurisi. Nilai kadar abu menunjukkan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan. Hasil pengujian kadar protein memperlihatkan bahwa fillet ikan kembung memiliki kadar protein yang lebih besar dibandingkan fillet ikan kurisi dan ikan mata besar sebesar 21,18%. Pada umumnya ikan mengandung protein sebesar 18-30% Adawyah, 2007. Hasil pengujian kadar lemak memperlihatkan bahwa kadar lemak tertinggi juga didapat dari fillet ikan kembung sebesar 1,33% sedangkan nilai terendah pada fillet ikan kurisi sebesar 1,07%. Menurut Adawyah 2007, bahwa kadar lemak yang berada pada kisaran 0,5 – 2 % dapat digolongkan pada kelompok ikan sedang. Hasil pengujian organoleptik sosis ikan Rasa012345Kode Sa mpelKesukaanRasa 2,75 4,57 4,41 4,45 4,41 4,23 2,7 4,2 3,93A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3Aroma012345Kode SampelKesukaanAroma 3,7 4,1 4,6 4,5 4 4,4 3 3,7 3,6A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3Warna012345Kode Sa mpelKesukaanWarna 2,76 4,37 4,7 4,77 4,53 4,79 2 3,07 3,02A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3Penampakan/Tekstur012345Kode Sa mpelKesukaanPenampakan 2,5 4,3 4,5 4,8 4,7 4,5 2,2 3,4 3,3A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3Gambar 2. Hasil pengujian organoleptik sosis ikan Uji organoleptik sosis ikan dilakukan untuk mengetahui daya terima konsumen terhadap produk serta menilai mutu sosis ikan. Uji organoleptik yang dilakukan meliputi rasa, warna, aroma, dan penampakan. Rasa merupakan faktor yang cukup penting dari suatu produk olahan pangan. Pada umumnya bahan pangan tidak hanya terdiri dari salah satu rasa, tetapi merupakan gabungan berbagai macam rasa secara terpadu sehingga menimbulkan cita rasa yang utuh. Hasil penelitian Lestari 2002 terhadap analisis Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia ISBN 978-979-98645-4-9 “Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan†Bandung, 24 April 2008 B-10-5 sensori sosis ikan kembung menggunakan metode PCA Principal Component Analysis dihasilkan 4 faktor. Faktor utama adalah tekstur, faktor pendukung adalah rasa, ikan dan bumbu. Tujuan diketahuinya faktor tersebut untuk mempertahankan atau menyeragamkan mutu sosis pada pembuatan produk selanjutnya. Pada penelitian ini sebagai bahan pengisi digunakan tepung tapioka, pati sagu dan campuran tapioka dan sagu. Bahan pengisi yang umum dipakai adalah tepung-tepungan yang mempunyai kandungan pati yang tinggi namun rendah protein. Penambahan pati dapat meningkatkan sifat gel dari tekstur dari produk – produk perikanan seperti sosis. Pada proses pemanasan akan menyebabkan granule pati menyerap air dan mengembang. Jiraporn 2007. Dari Gambar 2 terlihat bahwa rasa sosis ikan yang paling disenangi oleh konsumen yaitu sosis dari ikan kurisi dengan penambahan pati sagu 10%. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa jenis ikan dan jenis bahan pengisi tidak berpengaruh nyata P>0,05 terhadap rasa sosis ikan yang dihasilkan. Dengan demikian jenis ikan dan bahan pengisi tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap rasa sosis yang dihasilkan. Warna merupakan parameter pertama yang menentukan tingkat penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Selain sebagai faktor yang menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator produk olahan pangan. Hasil uji organoleptik terhadap sosis ikan menunjukkan bahwa tingkat kesukaan warna yang paling disukai oleh panelis yaitu 4,79 yang dihasilkan dari jenis ikan mata besar dengan penambahan tapioka sagu 5% 5%. Sedangkan nilai terendah diperoleh dari sosis ikan kembung dengan perlakuan penambahan tapioka 10%. Hal ini disebabkan karena ikan kembung termasuk jenis ikan yang tidak berdaging putih sehingga warna sosis yang dihasilkan cenderung berwarna coklat kehitaman. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jenis ikan berpengaruh nyata terhadap warna p= p0,05. Uji lanjut Duncan menunjukan warna sosis ikan kembung berbeda nyata dibandingkan warna ikan mata besar. Aroma merupakan salah satu faktor penting bagi konsumen dalam memilih produk makanan yang disukai. Dalam banyak hal kelezatan makanan ditentukan oleh aroma atau bau dari makanan tersebut. Data pengujian nilai organoleptik menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai aroma sosis yang dibuat dari ikan kurisi dengan bahan pengisi tapioka sagu 5% 5% dengan nilai kesukaan 4,57. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa jenis ikan dan jenis bahan pengisi tidak berpengaruh nyata P>0,05 terhadap aroma sosis ikan yang dihasilkan. Dengan demikian jenis ikan dan bahan pengisi tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap aroma sosis. Hasil pengujian organoleptik terhadap penampakan/tekstur sosis ikan menunjukkan bahwa sosis ikan mata besar dengan penambahan tepung tapioka 10% lebih disukai panelis dibandingkan dengan perlakuan lain dengan nilai kesukaan 4,81. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa jenis ikan dan jenis bahan pengisi tidak berpengaruh nyata P>0,05 terhadap penampakan/tekstur sosis ikan yang dihasilkan. Dengan demikian jenis ikan dan bahan pengisi tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap penampakan/tekstur sosis ikan. Hasil analisis kimia sosis ikan Tabel 4. Hasil analisis kimia sosis ikan Hasil Uji Perlakuan Air % Abu % Karbohidrat % Lemak % Protein % Ikan Kurisi A1 Tapioka 10% A2 Pati Sagu 10% A3 Tapioka Sagu 5% 5% 72,43 73,27 71,82 3,70 2,62 2,18 2,03 2,27 3,41 1,54 1,24 1,69 12,46 13,01 13,58 Ikan Mata Besar B1 Tapioka 10% B2 Pati Sagu 10% B3 Tapioka Sagu 5% 5% 71,58 74,31 74,13 1,70 2,03 2,95 1,82 2,15 2,02 1,80 2,53 1,63 10,78 11,35 10,67 Ikan Kembung C1 Tapioka 10% C2 Pati Sagu 10% C3 Tapioka Sagu 5% 5% 70,81 73,70 73,09 1,28 2,19 2,81 2,73 2,86 1,93 1,11 1,79 1,73 10,89 14,72 11,37 Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia ISBN 978-979-98645-4-9 “Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan†Bandung, 24 April 2008 B-10-6 Syarat Mutu Sosis Daging SNI 01-3820-1995 Maks 67,0 Maks 3,0 Maks 8,0 Maks 25,0 Min 13,0 Kadar Air Penambahan bahan pengisi akan mempengaruhi kemampuan mengikat sejumlah besar air tetapi rendah kapasitas emulsifikasinya. Penambahan bahan pengisi pada sosis ikan adalah 5-10 % Lestari, 2002. Hasil pengujian menunjukkan kadar air sosis ikan berkisar antara 70,81 – 74,31%. Nilai ini masih berada diatas nilai maksimum kadar air sosis berdasarkan SNI yaitu 67,0%. Tingginya kadar air ini disebabkan karena sosis ikan yang dianalisis sebelumnya telah mengalami penyimpanan di dalam freezer. Kadar air sangat menentukan keawetan suatu bahan pangan karena berpengaruh kepada sifat fisik, kimia, dan kerusakan oleh mikroorganisme ataupun perubahan oleh enzim. Semakin tinggi nilai kadar air maka semakin rentan bahan tersebut mengalami kerusakan oleh mikroba. Dengan demikian kadar air sosis ikan belum memenuhi syarat mutu SNI. Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa jenis ikan maupun jenis bahan pengisi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air sosis p>0,05. Kadar Abu Hasil pengujian menunjukkan kadar abu terendah dimiliki oleh sosis ikan kembung dengan jenis bahan pengisi tapioka yaitu 1,28%. Secara keseluruhan semua perlakuan menunjukkan nilai kadar abu sosis yang memenuhi standar mutu SNI yaitu maksimal 3%. Kadar abu merupakan ukuran umum kualitas dan berguna bagi identifikasi bahan makanan, apabila diperoleh nilai abu yang lebih tinggi dari nilai standar, maka di dalam bahan makanan tersebut terkandung zat pengotor asing. Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa jenis ikan maupun jenis bahan pengisi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu sosis p>0,05. Kadar Karbohidrat Karbohidrat yang terkandung dalam sosis ikan berasal dari daging ikan, bahan pengisi, dan bahan tambahan lainnya. Kadar karbohidrat sosis ikan hasil pengujian berkisar antara 1,28 – 3,70% dengan nilai terkecil dimiliki oleh sosis dari ikan mata besar dengan penambahan tapioka 10%. Nilai tersebut masih memenuhi syarat mutu berdasarkan SNI yaitu maksimal 8%. Karbohidrat dalam daging ikan merupakan polisakarida, pada umumnya karbohidrat yang terkandung dalam daging ikan sangat kecil yaitu dibawah 1%, dengan demikian sebagian besar karbohidrat berasal dari jenis bahan pengisi dan bahan tambahan lainnya Adawyah, 2007. Semakin besar kadar karbohidrat berarti semakin besar persentase bahan pengisi dan semakin kecil persentase daging ikan dalam sosis tersebut. Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa jenis ikan maupun jenis bahan pengisi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar karbohidrat sosis p>0,05. Kadar Lemak Kadar lemak hasil pengujian menunjukkan pada semua perlakuan memenuhi syarat mutu SNI yaitu maksimal 25%. Kadar lemak sosis ikan berkisar antara 1,11 – 2,53% dengan kadar lemak terendah diperoleh dari sosis ikan kembung dengan penambahan tapioka 10%. Kadar lemak ikan berbeda – beda tergantung dari jenis ikannya. Kadar lemak sosis ikan yang tinggi perlu dihindari karena tingginya kadar lemak memudahkan terjadinya proses oksidasi yang mengakibatkan timbulnya bau tengik pada sosis ikan tersebut Adawyah, 2007. Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa jenis ikan maupun jenis bahan pengisi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar lemak sosis p>0,05. Kadar Protein Ikan merupakan bahan pangan yang banyak mengandung protein, karena mengandung asam amino essensial. Keunggulan protein dari bahan hewani yaitu lebih mudah dicerna dan lebih lengkap serta seimbang Komariah et al, 2005. Hasil pengujian kadar protein sosis ikan menunjukkan tidak semua sosis ikan memenuhi syarat mutu SNI yaitu minimal 13%. Sosis ikan yang memenuhi syarat mutu SNI yaitu sosis ikan kembung dengan bahan pengisi pati sagu 10% 14,72% dan sosis ikan kurisi dengan jenis bahan pengisi pati sagu 10% 13,01% dan tapioka sagu 5% 5% 13,58%. Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa jenis ikan maupun jenis bahan pengisi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar protein sosis p>0,05. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia ISBN 978-979-98645-4-9 “Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan†Bandung, 24 April 2008 B-10-7 IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil pengujian organoleptik sosis ikan yang mendapatkan penilaian tertinggi berdasarkan metode scoring adalah sosis ikan yang menggunakan fillet ikan mata besar dengan bahan pengisi tepung tapioka 10%. Tepung tapioka memiliki daya penahan air yang tinggi dan tidak mengganggu cita rasa makanan, disamping harganya murah juga memberikan cita rasa netral serta warna terang pada produk sosis. Hasil analisis kimia menunjukkan sosis ikan mata besar dengan penambahan tepung tapioka 10 % mengandung kadar air 71,58%, kadar abu 1,70%, kadar karbohidrat 1,82%, kadar lemak 1,80%, dan kadar protein 10,78%. Aplikasi proses pembuatan sosis ikan terhadap kelompok masyarakat nelayan dilakukan melalui kegiatan Pelatihan Teknologi Tepat Guna Pengolahan Ikan terhadap kelompok Fajar Laksana dan Mutiara Fajar yang berlokasi di Blanakan - Pantura. Saran Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk 1 penentuan daya simpan sosis ikan pada kondisi penyimpanan suhu dingin dan beku, 2 analisis tekno ekonomi produk, dan 3 penggunaan pengemas yang sesuai dan diminati konsumen. Ucapan Terima Kasih Terima kasih kepada 1 DIPA Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI atas bantuan dana pada kegiatan penelitian ini, 2 Karyono yang telah membantu dalam mempersiapkan dan melakukan proses pembuatan sosis ikan. Daftar Pustaka Adawyah, R., 2007, â€Pengolahan dan Pengawetan Ikanâ€, Edisi pertama, Bumi Aksara, Jakarta. Jiraporn, R., Nongnuch, R., Kriangsak, B., 2007, â€Effect of Starch and Thermal Processing Conditions on The Quality Of fish Ballâ€, Proceeding 10th Asian Food Conference, Kuala Lumpur, Malaysia. Komariah, Surajudin, Purnomo, D., 2005, â€Aneka Olahan Daging Sapiâ€, AgroMedia Pustaka, Jakarta. Lestari, R., 2002, â€Analisis Sensori Sosis Ikan Kembung Rastrellinger kanagurtaâ€, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor. Standar Nasional Indonesia, 1995, â€SNI 01-3820-1995 untuk Sosis Dagingâ€, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Suhartini, S. dan Hidayat, N., 2005,â€Olahan Ikan Segarâ€, Trubus Agrisarana, Surabaya. Yatin, S., 2003, â€Membuat Fillet Ikan dan Variasinyaâ€, Karya Putra Darwati, Bandung. . Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia ISBN 978-979-98645-4-9 “Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan†Bandung, 24 April 2008 B-10-8 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this dan Pengawetan IkanR AdawyahAdawyah, R., 2007, "Pengolahan dan Pengawetan Ikan", Edisi pertama, Bumi Aksara, of Starch and Thermal Processing Conditions on The Quality Of fish BallR JirapornR NongnuchB KriangsakJiraporn, R., Nongnuch, R., Kriangsak, B., 2007, "Effect of Starch and Thermal Processing Conditions on The Quality Of fish Ball", Proceeding 10th Asian Food Conference, Kuala Lumpur, PurnomoKomariah, Surajudin, Purnomo, D., 2005, "Aneka Olahan Daging Sapi", AgroMedia Pustaka, Sensori Sosis Ikan Kembung Rastrellinger kanagurtaR LestariLestari, R., 2002, "Analisis Sensori Sosis Ikan Kembung Rastrellinger kanagurta", Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, 01-3820-1995 untuk Sosis DagingIndonesia Standar NasionalStandar Nasional Indonesia, 1995, "SNI 01-3820-1995 untuk Sosis Daging", Badan Standardisasi Nasional, Fillet Ikan dan VariasinyaS YatinYatin, S., 2003, "Membuat Fillet Ikan dan Variasinya", Karya Putra Darwati, Bandung. .
Tahapanproses pembekuan fillet ikan lencam meliputi tahap penerimaan bahan baku, filleting, grading, sizing, dan cutting, pengemasan vacuum, metal detecting, pembekuan dengan udara dingin, pengemasan dengan master carton, dan penyimpanan dalam cold storage pembekuan udara dingin dilakukan dengan mesin air blast freezer dengan suhu - 35 o
11 Fillet Ikan Pengertian Fillet Ikan Fillet adalah bagian daging ikan yang diperoleh dengan penyayatan ikan utuh sepanjang tulang belakang, dimulai dari belakang kepala hingga mendekati bagian ekor tulang belakang dan tulang rusuk yang membatasi badan dengan rongga perut tidak terpotong pada waktu penyayatan. Fillet memiliki beberapa keuntungan sebagai bahan baku olahan, antara lain bebas duri dantulang, dapat disimpan lebih lama, serta dapat menghemat waktu dan tenaga kerja karena penanganannya lebih mudah, sehingga akan memudahkan dan mengefesienkan proses produksi serta meningkatkan mutu produk olahannya. Seperti fillet Salmon Anabas Testudineus, Kakap Merah Lutjanus argentimaculatus, Kerapu Serranidae, Kurisi Nemipterus nematophorus, Swanggi Priacanthus tayenus, Biji Nangkakuniran Upeneus sulphureus, Pisang-pisang Caesio chrysozomus, Paperek Leiognathus sp, dan Gerot-gerot Pomadasys spSuparno, 2008 2. Jenis Fillet Ikan Ikan yang biasanya menjadi bahan baku untuk dijadikan fillet adalah ikan laut maupun tawar yang berukuran sedang dengan bentuk bulat atau pipih. Jenis ikan yang digunakan sebagai bahan mentah untuk pengolahan fillet ikan bermacam-macam, baik ikan laut atau ikan air tawar yang mumnya berukuran sedang, dengan bentuk ikan yang badannya bulat maupun yang pipih. 12 Ikan air tawar yang biasanya menjadi bahan untuk dijadikan sebagai fillet yakni Lele, Nila, Gurame, dan Ikan Mas, sedangkan ikan laut yakni Kakap, Salmon, Kerapu, Pari, Tuna dan lain-lain. Penelitian Terdahulu Kusumawarni 2003 mengenai tingkat pendapatan petani pembenihan ikan hias air tawar dan ikan konsumsi ikan hias. Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh informasi bahwa penerimaan yang diperoleh petani ikan hias air tawar selama satu tahun sebesar Rp. dengan nilai RC Rasio sebesar 6,24 persen. Sementara itu, untuk tiga jenis ikan konsumsi, pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. dengan nilai RC Rasio sebesar 2,24 persen. Alireza 2002 dengan penelitian berjudul “Studi Kelayakan Agribisnis Ikan Hias Air TawarSkala Kecil” menghasilkan NPV positif sebesar Rp. IRR sebesar 68,97 dan Net BC Rasio sebesar 3,95 serta Payback Period nya 3 tahun 11 bulan. Sedangkan usaha skala besar menghasilkan NPV sebesar Rp. IRR sebesar 84,28, Net BC Rasio 4,54 dan dengan Payback Period 3 tahun 1 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa agribisnis ikan hias air tawar baik skala kecil maupun skala besar masih layak untuk dijalankan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa agribisnis ikan hias air tawar skala besar kurang sensitif terhadap perubahan harga output, harga input dan tingkat suku bunga. Setiap kenaikan harga output sebesar 25, kenaikan harga input sebesar 15, penurunan harga input sebesar 15 dan kenaikan tingkat suku bunga menjadi 20 tidak menyebabkan usaha menjadi tidak layak. Sedangkan agribisnis
HargaIkan Tilapia Fillet Premium terbaru - Jika Anda ingin membeli Ikan Tilapia Fillet Premium namun masih bingung dengan harga yang ditawarkan, berikut ini adalah daftar harga Ikan Tilapia Fillet Premium murah terbaru yang bersumber dari beberapa toko online Indonesia. Anda bisa mencari produk ini di Toko Online yang mungkin jual Ikan Tilapia Fillet Premium.
Makanan Dari Bahan Pangan Setengah Jadi Berbahan Baku Ikan Banyaknya sumber perikanan dan peternakan di Indonesia membuat negara kita memiliki banyak variasi pengolahan Makanan Dari Bahan Pangan Setengah Jadi Berbahan Baku Ikan khas daerah yang berasal dari ikan dan daging. Pada setiap tempat yang menyajikan makanan, pasti ada menu makan yang bahan dasarnya ikan dan daging. Selain itu, ikan dan daging memiliki kandungan protein hewani yang memang sangat diperlukan oleh tubuh. Kebutuhan protein hewani setiap tahun meningkat sebanding dengan jumlah warga negara Indonesia yang selalu meningkat setiap tahun. Oleh sebab itu, saat ini banyak penyediaan bahan protein hewani yang melakukan proses pengolahan Makanan Dari Bahan Pangan Setengah Jadi Berbahan Baku Ikan agar dapat diolah menjadi variasi makanan baik tradisional maupun modern. 1. Pengertian Sumber perikanan tangkap saat ini telah dieksploitasi secara berlebih atau over fishing. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kekurangan persediaan pangan di masa yang akan datang, perlu dilakukan usaha maksimalisasi pemanfaatan hasil tangkap. Proses pemanfaatan ikan tangkap tersebut dengan dimanfaatkan sebagai bahan baku pengolahan diversifikasi yang berbahan dasar ikan, bahan baku tersebut bisa berupa ikan fillet ataupun surimi dalam Makanan Dari Bahan Pangan Setengah Jadi Berbahan Baku Ikan. 2. Jenis dan Manfaat Jenis-jenis bahan baku yang digunakan untuk membuat makanan produk perikanan antara lain seperti berikut. a. Ikan fillet Fillet ikan adalah bentuk irisan daging ikan tanpa tulang tanpa sisik dan kadang tanpa kulit. Sebagai bahan mentah raw material, dipakai ikan yang benar-benar segar. Sisiksisiknya dibuang lalu ikan dicuci sebersih-bersih nya ikan fillet dapat diolah menjadi berbagai produk seperti pempek, stik ikan, bakso ikan, dan lain-lain. b. Surimi Surimi merupakan salah satu bentuk produk olahan setengah jadi yang memiliki daya guna tinggi dalam pengembangan olahan ikan. Surimi dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan dan dapat pula digunakan sebagai campuran olahan dari sosis, nugget, donat ikan, dan lain-lain. Surimi memiliki kandungan konsentrasi protein myofibril yang sangat tinggi sehingga bisa menghasilkan produk yang elastis dan kenyal. 3. Metode Pengolahan Surimi sebagai bahan baku perikanan serta fillet ayam dapat diolah dengan melalui beberapa proses, seperti berikut a. Penggilingan Fillet ikan yang sudah dicuci kemudian dimasukkan ke dalam grinder untuk digiling sehingga berbentuk pasta. Pada saat penggilingan, daging harus diberikan garam secukupnya. Garam diberikan pada awal penggilingan berguna untuk meningkatkan kerekatan pasta ikan. Jika dilakukan pada akhir penggilingan sifat kerekatan pasta ikan/ayam akan menurun. Bahan baku surimi tidak perlu digilling kembali karena sudah halus. Setelah penggilingan dilanjutkan dengan pengadonan, dan penambahan bahan baku lainnya seperti tepung tapioka dan telur yang berguna untuk menjaga kualitas kekenyalan. Adonan dimasukkan bumbu berupa garam, gula, dan rempah-rempah yang sudah dihaluskan. Kemudian, dilakukan pencetakan. b. Pemanggangan Fillet ikan dapat langsung dipanggang untuk dijadikan steak ikan. Fillet ikan/ayam yang dipanggang sebaiknya fillet ikan/ ayam yang memiliki tekstur daging yang lebih kencang. Ikan dipanggang dalam oven dengan suhu 200°C selama sekitar 10 menit atau hingga kulit pelapisnya kuning keemasan. Lama pemanggangan bergantung pada ketebalan fillet Se baik nya, kita mengawasi proses pemanggangan ikan. Begitu kulit pelapis ikan telah berubah kuning keemasan, keluarkan ikan dari dalam oven. c. Menggoreng Gunakan minyak goreng dengan jumlah yang cukup hingga seluruh bagian ikan terendam minyakPastikan minyak telah panas agar kulit pelapis ikan menjadi renyahGunakan api sedang, lalu goreng ikan dengan wajan antilengket Ikan cukup dibalik sekali saja sehingga tidak mudah hancur. Tapi ingat, teknik ini tidak bisa digunakan saat kamu menggoreng ikan utuh dan hanya bisa digunakan pada fillet ikan. 4. Tahapan Pengolahan Proses diversifikasi dari bahan setengah jadi bahan baku ikan yaitu pempek akan diuraikan sebagai berikut. Adapun yang harus diperhatikan adalah tahapan/proses pembuatan dalam membuat karya pengolahan yang bermanfaat, mengandung gizi yang diperlukan tubuh, enak di lidah, memiliki nilai estetika, kemasan yang menarik serta aman bagi kesehatan. Baca Juga Pemeliharaan Dan Pengamatan Budi Daya Satwa Harapan Sarana Produksi Dan Teknik Budid Daya Satwa Harapan Jenis Jenis Dari Sebuah Pmeliharaan Satwa Harapan Demikian Artikel Makanan Dari Bahan Pangan Setengah Jadi Berbahan Baku Ikan Yang Saya Buat Semoga Bermanfaat Ya Mbloo Artikel Terkait Menghitung Titik Impas BEP Usaha Makanan Khas Daerah Komponen Dan Material Dari Produk Elektronika Praktis Teknik Pembuatan Dari Produk Elektronika Kendali Otomatis Pengemasan Promosi Dan Perencanaan Dalam Bidang Wirausaha Perencanaan Usaha Dalam Produk Untuk Sistem Teknik
Buka fillet dengan memotong ke arah kepala dengan memegang pisau ke dekat rusuk. - Pemotongan melalui tulang duri alur Proses Pembuatan Fillet Ikan ikan -> penimbangan 1 -> filleting --> penimbangan 2 -> pencucian -> pengolahan HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN : - Gunakan ikan segar yang telah melewati fase pengkakuan (rigor mortis). Fillet yang
ABSTRAKFillet dalam dunia imdustri pengolahan ikan ada yang dijual masih beserta kulitnya atau sudah dibersihkan. Fillet ikan adalah suatu irisan daging tanpa duri. Salah satu bentuk usaha dalam mengoptimalkan pemanfaatan ikan adalah dengan mengembangkan fillet dan produk lanjutannya. Mesin Fillet ikan adalah mesin yang digunakan untuk memisahkan daging dengan duri ikan. Tujuan dari tugas akhir ini adalah membuat mesin fillet ikan yang mudah dalam pengoperasiannya. Metode yang digunakan dalam proses pembuatan mesin fillet ikan ini meliputi 1 Mempelajari gambar kerja 2 Memilih bahan dan alat yang akan digunakan, 3 Melakukan proses manufaktur mesin, dan 4 Melakukan uji kinerja mesin. Bahan yang digunakan untuk membuat mesin fillet ikan ini adalah baja profil L, baja profil U, poros St 37, stainless steel, besi, belt conveyor tipe roughtop. Hasil dari tugas akhir ini ini adalah Mesin Fillet ikan untuk mempermudah dan mempercepat pembuatan produk fillet ikan khususnya fillet ikan nila. Tebal ikan yang dapat difillet dengan ukuran minimal 30 mm dan maksimal 50 mm. Hasil fillet yang dihasilkan dari mesin fillet ini adalah 20 sampai 30 Pcs /Menit. Konstruksi mesin ini cukup sederhana terdiri dari frame, roll conveyor, pisau pemotong, motor elektrik, serta murah dan mudah dalam kunci Pembuatan , Mesin fillet ikan,Conveyor Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal CRANKSHAFT, Vol. 3 No. 1 Maret 2020 ISSN 2623-0720 Print, 2623-0755 Online MANUFAKTUR MESIN FILLET IKAN DENGAN KAPASITAS 30 PCS/MENIT Mohamad Nasikhul Umam Fakultas Teknik, Progam Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Email umammnasikhul Masruki Kabib Fakultas Teknik, Progam Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Email Hera Setiawan FakultasTeknik, Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Email ABSTRAK Fillet ikan dalam dunia industri pengolahan ikan ada yang dijual masih beserta kulitnya atau sudah dibersihkan. Fillet ikan adalah suatu irisan daging tanpa duri. Salah satu bentuk usaha dalam mengoptimalkan pemanfaatan ikan adalah dengan mengembangkan fillet dan produk lanjutannya. Mesin Fillet ikan adalah mesin yang digunakan untuk memisahkan daging dengan duri ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat mesin fillet ikan dengan kapasitas 30 pcs/menit. Metode yang digunakan dalam proses pembuatan mesin fillet ikan ini meliputi mempelajari gambar kerja, memilih bahan dan alat yang akan digunakan, Melakukan proses manufaktur mesin, dan melakukan uji kinerja mesin. Bahan yang digunakan untuk membuat mesin fillet ikan ini adalah baja profil L, baja profil U, poros St 37, stainless steel, besi, belt conveyor tipe roughtop. Hasil dari penelitian ini adalah Mesin Fillet ikan untuk mempermudah dan mempercepat pembuatan produk fillet ikan khususnya fillet ikan nila. Tebal ikan yang dapat difillet dengan ukuran minimal 30 mm dan maksimal 50 mm. Hasil fillet ikan yang dihasilkan dari mesin fillet ini adalah 30 pcs /Menit. Kata kunci Filet ikan , Mesin fillet ikan, belt Conveyor ABSTRACT Fish Fillets in the world of fish processing industry are sold either with their skin or have been cleaned. Fish fillet is a piece of meat without thorns. One form of business in optimizing the use of fish is to develop fillets and their sequel products. Fish fillet machine is a machine used to separate meat from fish spines. The purpose of research is to make a fish fillet machine with capacity 30 pcs/minute. The methods used in the process of making fish fillet machines include studying working drawings, choosing materials and tools to be used, conducting machine manufacturing processes, and Conducting engine performance tests. The material used to make this fish fillet machine is L profile steel, U profile steel, St 37 shaft, stainless steel, iron, roughtop type conveyor belts. The result of recearch was a fish fillet machine to facilitate and accelerate the manufacture of fish fillet products, especially tilapia fillets. Thickness of fish that can be filled with a minimum size of 30 mm and a maximum 50 mm. The fish fillet produced from this fillet machine is 30 pcs/minutes. Keywords Fish fillet, fish fillet machine, belt Conveyor Jurnal CRANKSHAFT, Vol. 3 No. 1 Maret 2020 ISSN 2623-0720 Print, 2623-0755 Online 1. PENDAHULUAN Permasalahan meningkatnya biaya peralatan dan mesin pada industri perikanan, serta ketersediaan bahan-baku ikan berkualitas tinggi yang tidak kontinyu menyebabkan naiknya ongkos produksi dan juga keguncangan terhadap pemasaran ikan dan produk perikanan, hal ini kemudian berdampak pada pemanfaatan ikan-ikan non-ekonomis penting. Kesulitan proses pemisahan daging ikan dari tulang dan kulitnya. Sedangkan pemisahan daging ikan tersebut secara manual menggunakan tangan akan membutuhkan banyak waktu dan tenaga kerja sehingga dapat menyebabkan penurunan mutu daging ikan serta meningkatkan ongkos produksi [1]. Mesin skinning terdiri dari sepasang roller yaitu roll pengulit dan roll tekanan yang berputar berlawanan arah, pisau pengulit ikan diatur dibelakang roll, ujung pisau pengulit berjarak tetap dengan roller skinning yang memiliki diameter yang lebih besar. Penemuan ini bertujuan untuk membuat mesin skinning ikan yang dapat secara khusus menyesuaikan ukuran ikan yang akan di skinning. Cara kerja dari mesin skinning fillet ikan ini adalah fillet ikan akan dibawa oleh konveyor ke roller pengulit dan digerakkan, pisau pengulit menembus dengan jarak diatas fillet ikan dan ujung kulit masuk ke celah yang terbentuk antara permukaan bantalan tekan. Pada sumbu roller pengulit dan bantalan tekanan diatur di bawah pisau menguliti dan memanjang masuk sepanjang lingkar roller menguliti dan membentuk bagian untuk kulit fillet ikan. Pisau ditopang dengan poros yang sejajar dengan sumbu roller pengulit[2]. Mesin fillet lele termasuk sepasang alat scraping untuk membagi daging masing-masing ikan menjadi setidaknya dua segmen independen hingga ke kulit. Alat untuk mengiris ikan yang tulang rusuknya telah tumbuh menjadi daging perut, yang menembus hingga ke kulit, khususnya dalam kasus ikan lele Ictalurus Punctatus, dengan bantuan alat untuk memotong daging ikan dari perut dan duri punggung, menghasilkan potongan perut dan punggung, masing-masing terdiri dari sepasang pisau scraper dengan ujung potong diatur di sebelah potongan melebar secara masing-masing dengan konveyor[3]. Proses pembuatan mesin harus memperhatikan aspek manufaktur. Proses pengerjaan rangka dilakukan dengan presisi untuk menopang komponen mesin sehingga dapat bekerja dengan baik. Pengerjaan poros mesin mixer telah dilakukan dengan presisi untuk menghasilkan sistem transmisi yang baik [4]. Pengerjaan komponen conveyor telah dilakukan dengan proses pembubutan dan pengelasan. Proses pengerjaan ini harus memperhatikan hasil akhir permukaan benda kerja. Hal ini disebabkan kekasaran permukaan mempengaruhi proses bekerja mesin [5]. Pengerjaan komponen rol dapat dilakukan dengan proses pembubutan dengan memperhatikan kelurusan poros dan permukaan rol. Hasil pengerjaan ini mempengaruhi hasil kerja pengerolan terhadap benda kerja [5]. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat mesin fillet ikan yang mampu memfillet ikan dengan kapasitas 30 Pcs / mesin. 2. METODOLOGI PENELITIAN Metode pembuatan ini yaitu dimulai dari alur penelitian dan dilanjutkan dengan proses perancangan gambar, proses pengerjaan, proses perakitan, proses finishing dan pengujian mesin sehingga didapatkan hasil penelitian seperti pada gambar 1 berikut ini. Jurnal CRANKSHAFT, Vol. 3 No. 1 Maret 2020 ISSN 2623-0720 Print, 2623-0755 Online Gambar 1 Diagram alir penelitian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Desain mesin fillet ikan Prinsip kerja mesin fillet ikan ini yaitu memisahkan daging dengan tulang ikan dengan cara memotong kepala ikan terlebih dahulu, mesin ini terdiri dari dua buah belt konveyor yang berputar berlawanan arah yang berfungsi menjepit ikan masuk ke pisau pembelah. selanjutnya sensor membaca ketebalan ikan dan dan menggerakkan aktuator motor servo yang akan menjepit belt konveyor sesuai tebal ikan. Desain mesin fillet ikan ditunjukkan pada gambar 2. Jurnal CRANKSHAFT, Vol. 3 No. 1 Maret 2020 ISSN 2623-0720 Print, 2623-0755 Online Gambar 2 Desain mesin fillet ikan Proses pembuatan rangka Pengerjaan rangka mesin fillet ikan didasarkan pada gambar 3 berikut ini depan samping atas Gambar Desain rangka Proses pembuatan rangka meliputi kegiatan yang ditunjukan pada tabel 1. Jurnal CRANKSHAFT, Vol. 3 No. 1 Maret 2020 ISSN 2623-0720 Print, 2623-0755 Online Tabel 1 proses pembuatan rangka Baja siku 40 x 40 x 3 mm sebanyak 14 kali potong. Pengeboran dengan ø12 mm sebanyak 24 lubang. Pengelasan dengan panjang 40 mm sebanyak 24 kali pengelasan Dari proses pemotongan baja siku 40 x 40 x 3 mm terdapat hasil sebagai berikut Diameter batu gerinda 101 mm, kecepatan potong sebesar 60 m/detik, kecepatan putaran gerinda 189 Rpm,langkah pengawalan 40 mm. Proses pengeboran terdapat hasil sebagai berikut Langkah pengawalan sebesar 2,85 mm, langkah pengakhiran sebesar 2,85 mm, kecepatan pengeboran 605 rpm, laju 0,108 mm/putaran, kecepatan makan 109 mm/menit. Proses pengelasan dengan panjang 40 mm untuk pengelasan sebanyak 24 kali didapatkan hasil sebagai berikut panjang lasan 2880 mm² , menggunakan 14 batang elektroda, panas yang dihasilkan 88 Kj/mm a. Pemotongan Kecepatan putar gerinda dapat dicari dengan menggunakan persamaan 1 [7]. rpm 1 Dimana n adalah kecepatan putar, Vc adalah kecepatan potong, d adalah diameter batu gerinda, waktu pemotongan dapat dicari dengan menggunakan persamaan 2 [7]. 2 Dimana tc adalah waktu pemotongan, lt adalah langkah pengawalan, Vf adalah kecepatan makan. b. Pengeboran Langkah pengawalan dapat dicari dengan menggunakan persamaan 3 [7]. lv = tan 30˚½d 3 Dimana lv adalah langkah pengawalan, d adalah diameter mata bor, Langkah pengakhiran dapat dihitung menggunakan persamaan 4 [8]. ln = tan 30˚½d 4 Dimana ln adalah langkah pengakhiran, d adalah diameter mata bor, Kecepatan pengeboran dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 5 [7]. n = 5 Dimana n adalah kecepatan pengeboran, v adalah kecepatan potong, d adalah diameter mata bor, Laju pemakanan pengeboran dapat dihitung mennggunakan persamaan 6 [7]. f 6 Jurnal CRANKSHAFT, Vol. 3 No. 1 Maret 2020 ISSN 2623-0720 Print, 2623-0755 Online Dimana f adalah laju, d adalah diameter mata bor. Kecepatan makan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 7 [9]. 7 DimanaVfadalahkecepatanmakan,fadalahlaju,nadalahKecepatanpengeboran, panjang pengeboran dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 8 [7]. lt = lv+lw+l n 8 Dimanaltadalahpanjangpengeboran,lvadalahlangkahpengawalan,lwadalah panjang pemotongan benda kerja, lv adalah langkah pengakhiran. Waktu pengeboran dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 9 [7]. 9 Dimana tc adalah waktu pengeboran, lt panjang pengeboran, vf adalah keceptatan makan. c. Penyambungan las Panjang luasan las dapat dihitung dengan persamaan 10 [8]. A = a . l 10 A adalah panjang luasan las, a adalah tebal plat, I adalah panjang sambungan las, Waktu pengelasan dapat dihitung dengan persamaan 11 [8]. 11 Panas dapat dihitung dengan persamaan 12 [9]. 12 Dimana J adalah panas pengelasan, I adalah arus listrik, E adalah tegangan busur. Dari perhitungan diatas didapatkan waktu pengeboran dan pengelasan yang tertera pada tabel 1 d. Pembubutan Kecepatan putar mesin bubut dapat dihitung dengan persamaan 13 [9]. 13 Dimana n adalah kecepatan putar mesin bubut, v adalah kecepatan pemotongan, d adalah diameter benda kerja, Kecepatan pemakan dapat dihitung dengan persamaan 14 [9]. 14 Dimana vf adalah kecepatan pemakanan, f adalah kecepatan makan / putaran, n adalah kecepatan putar mesin bubut, Kedalama potong dapat dihitung dengan persamaan 15 [9]. Jurnal CRANKSHAFT, Vol. 3 No. 1 Maret 2020 ISSN 2623-0720 Print, 2623-0755 Online 15 Dimana adalah kedalaman bubut, do adalah diameter awal, dm adalah diameter akhir, Waktu pemotongan dapat dihitung dengan persamaan 16 [9]. 16 Dimana tc adalah waktu pembubutan, lt adalah panjang pembubutan, vf adalah kecepatan pembubutan. Proses pembuatan poros transmisi Pengerjaan poros transmisi didasarkan pada gambar kerja yang ditunjukkan pada gambar 3. Gambar 3. Desain poros transmisi Proses pembuatan poros transmisi meliputi kegiatan yangg ditunjukan pada tabel 2. Tabel 2. Proses pengerjaan poros transmisi Pemotongan Baja st 37 dengan Ø23 mm sebanyak 2 kali potong Pembubutan poros dari diameter Ø23 mm sampai diameter Ø19 mm Dari proses pemotongan baja st 37 untuk poros transmisi diperoleh hasil sebagai berikut Diameter batu gerinda 101 mm, kecepatan potong sebesar 60 m/detik, kecepatan putar gerinda sebesar 189 rpm, langkah pengawalan 23 mm. Proses pembubutan didapatkan hasil sebagai berikut kecepatan putar bubut sebesar 360 rpm, kecepatan pemakanan sebesar 180 mm/ menit, waktu pemakanan 0,55 menit, kedalaman potong sebesar 2 mm. Proses pembuatan poros konveyor Pengerjaan poros konveyor didasarkan pada gambar kerja yang ditunjukkan pad gambar 4 Jurnal CRANKSHAFT, Vol. 3 No. 1 Maret 2020 ISSN 2623-0720 Print, 2623-0755 Online Gambar 4 Desain poros konveyor Proses pembuatan poros konveyor meliputi kegiatan yangg ditunjukan pada tabel 3. Tabel 3. Proses pengerjaan poros konveyor Pemotongan Baja st 37 dengan Ø23 mm sebanyak 2 kali potong Pembubutan poros dari diameter Ø23 mm sampai diameter Ø20 mm Dari proses pemotongan baja st 37 untuk poros roll konveyor diperoleh hasil sebagai berikut Diameter batu gerinda 101 mm, kecepatan potong sebesar 60 m/detik, kecepatan putar gerinda sebesar 189 rpm, langkah pengawalan 23 mm. Proses pembubutan didapatkan hasil sebagai berikut kecepatan putar bubut sebesar 360 rpm, kecepatan pemakanan sebesar 180 mm/ menit, waktu pemakanan 1,55 menit, kedalaman potong sebesar 1 mm. Proses pembuatan roll konveyor Proses pengerjaan roll konveyor didasarkan pada gambar kerja yang ditunjukkan pada gambar 5 Gambar 5 Desain roll konveyor Dari proses pemotongan pipa stainless steel didapatkan hasil sebagai berikut Diameter batu gerinda 101 mm, kecepatan potong vc 60 m/detik, panjang benda kerja 60 mm, kecepatan putaran gerinda 189 rpm, waktu pemotongan 3,42 menit/ pemotongan. Proses pembuatan pejepit konveyor Pengerjaan penjepit konveyor didasarkan pada gambar kerja yang ditunjukkan pada gambar 6. Jurnal CRANKSHAFT, Vol. 3 No. 1 Maret 2020 ISSN 2623-0720 Print, 2623-0755 Online Gambar 6. Desain penjepit konveyor Proses pembuatan penjepit konveyor meliputi kegiatan yang ditunjukan pada tabel 4. Tabel 4. Proses pengerjaan penjepit konveyor Pemotongan Baja st 37 dengan Ø10 mm sebanyak 4 kali potong Pengelasan dengan panjang 10 mm sebanyak 6 kali Dari proses pemotongan pipa stainless steel didapatkan hasil sebagai berikut Diameter batu gerinda 101 mm, kecepatan potong vc 60 m/detik, panjang benda kerja 10 mm, kecepatan putaran gerinda 189 rpm, waktu pemotongan 0,75 menit/ pemotongan. dari proses pengelasan didapatkan hasil sebagai berikut tebal besi 10 mm, total panjang kampuh 25 mm, luas lasan 125 mm² waktu pengelasan 1 menit, jumlah elektroda 1 batang. Proses perakitan komponen Proses perakitan komponen merupakan kegiatan yang bertujuan untuk membentuk mesin yang masih terpisah pisah antar bagiannya, untuk disatukan menjadi kesatuan yang akan bekerja sesuai fungsinya. Adapun langkah-langkahnya meliputi mempersiapkan semua peralatan serta komponen mesin, mempersiapkaan rangka mesn yang sudah dilas, kemudian memasang poros transmisi pada rangka mesin, memasang roll konveyor dan konveyor pada rangka mesin, memasang bantalan untuk poros, memasang penjepit konveyor, memasang bevel gear dan pulley, v-belt, memasang pisau pembelah dan motor listrik pada rangka kemudian kencangkan baut. Proses pengujian mesin Pengujian mesin dilakukan terhadap waktu yanhg dibutuhkan untuk proses fillet ikan. Hasil pengujian mesin ditunjukkan pada tabel 6. Jurnal CRANKSHAFT, Vol. 3 No. 1 Maret 2020 ISSN 2623-0720 Print, 2623-0755 Online Tabel 6. Pengujian mesin Dari tabel diatas didapatkan hasil pemfilettan ikan yang berbeda karena dipengaruhi tebal dan panjang ikan, untuk ikan dengan tebal 3 cm dan panjang 14 cm, waktu yang dibutuhkan untuk sekali proses pemfilletan adalah 3 detik, sedangkan untuk ikan dengan tebal 3,5 cm dan panjang 16,5 cm, waktu yang dibutuhkan untuk sekali proses pemfilletan adalah 4 detik, dari hasil diatas jika dibagi satu menit maka diperoleh hasil fillet kurang lebih 30 pcs. 4. KESIMPULAN Kesimpulan dalam penelitian ini menghasilkan mesin fillet ikan untuk memisahkan daging dari duri ikan agar menambah nilai jual pada suatu produk khususnya fillet ikan, Mesin ini terdiri dari rangka mesin yang terbuat dari baja siku dan stainles stell 304, poros mesin menggunakan baja st 37, sedangkan conveyor terbuat dari belt PVC tipe Roughtop. Hasil pengujian menunjukkan ketebalan ikan mempengaruhi waktu proses, Dari hasil pengujian mesin fillet ikan didapatkan kapasitas produksi hasil fillet ikan 30 Pcs/ menit. DAFTAR PUSTAKA [1] B. B. Sedayu, I. M. S. Erawan, and S. Bandol, 2013, “Daging Ikan Berdaya Listrik Rendah Design AND Trial Test OF A Low Power Fish Bone Separator,” pp. 125–131. [2] J. Drews and G. Pinkerneil, “United States Patent 19 ,” no. 19, pp. 1–4, 1973. [3] H. Jorgan and R. Berliner, “12 United States Patent,” vol. 1, no. 12, 2001.. [4] M. Abror, M. Kabib, and H. Setiawan, 2019,“ Proses Manufaktur Mesin Pengaduk Sirup Parijoto Dengan Kapasitas 10 Liter Setiap Proses”, Pros, Snatif Ke-6. [5] A. Rofeg, M. Kabib, R. Winarso, “ Pembuatan Mesin Screw Conveyor Untuk Pencampuran Garam Dan Iodium Sesuai SNI 3556”,Jurnal Crankshaft, Vol 1 No 1,2018. [6] R. Indriyanto, M. Kabib, R Winarso, 2018, ”Rancang Bangun Sistem Pengepresan Dengan Penggerak Pneumatik Pada Mesin Pres Dan Potong Untuk Pembuatan Kantong Plastik Ukuran 400 X 500 MM’’,Jurnal Simetris, Vol 9 No 2. [7] T. Rochim, Proses permesinan. Jakarta Erlangga, 1993. [8] Wiryo Sumarto Hartono and T. Okomura, Teknologi Pengelasan. Jakarta Pradnya Paramita, 2000. [9] Terheijden, Alat-alat perkakas 3. Bandung Bina Cipta, 1971 Panjang ikan yang sudah dipotong kepalanya ... Banyak jenis alat pengering memerlukan pengetahuan yang cukup untuk menentukan tujuan dan prosedur alat pengering sesuai dengan jenis bahan. Oleh karena itu perlu dikembangkan alat pengering untuk pengeringan yang tidak mengandalkan sinar matahari [4]. ...... A adalah panjang luasan las, a adalah tebal plat, I adalah panjang sambungan las, Waktu pengelasan dapat dihitung dengan persamaan 11 [4]. ...ABSTRAK Mesin oven kopi adalah mesin tepat guna, dimana mesin ini berfungsi untuk mengeringkan kopi yang baru dipetik. Mesin oven ini banyak ditemukan di pasaran, akan tetapi masih banyak dari mesin yang berskala besar dan belum mengutamakan kualits produk kopi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah proses manufaktur mesin oven kopi tipe tray rotary berkapasitas 25 kg dengan metode pengeringan menggunakan bahan bakar gas LPG. Metode eksperimen digunakan pada penelitian ini dengan proses manufaktur mesin oven kopi tipe tray rotary melalui tahapan melakukan kajian pustaka, membuat gambar kerja, perancangan manufaktur, proses manufaktur, dan kemudian dilakukan uji fungsional untuk menguji kapasitas mesin dan lama waktu yang dibutuhkan dalam proses pengovenan. Hasil penelitian ini telah di buat mesin oven kopi dengan kemampuan pada proses 5 jam pada temperature 45 ºC dengan massa kopi 10 kg terjadi penguapan/pengurangan kadar air dan massa kopi sebesar 3,76 kg, pada kapasitas 15 kg waktu proses 5 jam temperatur 50 ºC terjadi pengurangan massa kopi sebesar 5,58 kg dan pada kapasitas 25 kg waktu proses 5 jam temperatur 55 ºC terjadi pengurangan massa kopi sebesar kg. ABSTRACT The coffee oven machine is an appropriate machine, where this machine functions to dry freshly picked coffee. There are many oven machines on the market, but there are still many machines that are large in scale and do not prioritize the quality of the coffee product. The purpose of this research is the manufacturing process of a rotary tray type coffee oven with a capacity of 25 kg with a drying method using LPG gas as fuel. The experimental method used in this research is the manufacturing process of a rotary tray type coffee oven through the stages of conducting a literature review, making working drawings, manufacturing design, manufacturing processes, and then carrying out a functional test to test the capacity of the machine and the length of time needed in the oven process. The results of research was made a coffee oven machine with the ability to process 5 hours at a temperature of 45 C with a coffee mass of 10 kg, evaporation/reduction of water content and mass of coffee is kg, at a capacity of 15 kg, processing time of 5 hours at aPengepresan kantong plastik selama ini masih banyak menggunakan sistem dengan penggerak manual atau mekanik yang mengakibatkan hasil pengepresan dari plastik kurang sempurna, karena tekanan yang diberikan satu dengan yang lain berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan membuat press kantong plastik 400 x 550 mm dengan penggerak sistem pneumatik. Metode rancang bangun yang digunakan dalam pembuatan mesin ini meliputi kajian pustaka, analisa kebutuhan pengepresan plastik, konsep desain press pneumatik, perhitungan kapasitas, dan analisa simulasi pengepresan. Dalam tahap pembuatannya meliputi beberapa proses yaitu gambar kerja, pemotongan bahan, perakitan sistem pengepresan, dan uji coba mesin press untuk mengetahi hasil pembuatan mesin. Hasil rancang bangun mesin potong dan press plastik ukuran 400 x 550 mm ini adalah kapasitas pengepresan 500 press/jam , pemanas menggunakan daya 500 watt dengan 2 Stripe Heater masing-masing dengan daya 250 watt, untuk penggunaan silinder pnumatik menggunakan silinder dengan diameter 20 mm dengan batang torak berdiameter 8 Ikan Berdaya Listrik Rendah Design AND Trial Test OF A Low Power Fish Bone SeparatorB B SedayuI M S ErawanS BandolB. B. Sedayu, I. M. S. Erawan, and S. Bandol, 2013, "Daging Ikan Berdaya Listrik Rendah Design AND Trial Test OF A Low Power Fish Bone Separator," pp. States Patent 19 J DrewsG PinkerneilJ. Drews and G. Pinkerneil, "United States Patent 19 ," no. 19, pp. 1-4, JorganR BerlinerH. Jorgan and R. Berliner, "12 United States Patent," vol. 1, no. 12, 2001..Proses Manufaktur Mesin Pengaduk Sirup Parijoto Dengan Kapasitas 10 Liter Setiap ProsesM AbrorM KabibH SetiawanM. Abror, M. Kabib, and H. Setiawan, 2019," Proses Manufaktur Mesin Pengaduk Sirup Parijoto Dengan Kapasitas 10 Liter Setiap Proses", Pros, Snatif Mesin Screw Conveyor Untuk Pencampuran Garam Dan Iodium Sesuai SNI 3556A RofegM KabibR WinarsoA. Rofeg, M. Kabib, R. Winarso, " Pembuatan Mesin Screw Conveyor Untuk Pencampuran Garam Dan Iodium Sesuai SNI 3556",Jurnal Crankshaft, Vol 1 No 1, perkakas 3. Bandung Bina CiptaTerheijdenTerheijden, Alat-alat perkakas 3. Bandung Bina Cipta, 1971
Homepage/ Metode pengolahan yang dilakukan pada fillet ikan untuk menjadikannya Jawaban: metode pengelolaan dengan menggunakan sedikit minyak merupakan sebuah metode pengolahan yang dilakukan pada fillet ikan untuk menjadikannya steak ikan kenaikan suhu 3 setiap 2 menit Jika es batu tersebut dipanaskan selama 16 menit suhu akhir yang
4 II. TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Fillet Ikan Ditjen P2HP 2006 meyatakan, fillet ikan sebagai suatu produk olahan hasil perikanan dengan bahan baku ikan segar yang mengalami perlakuan penyiangan, penyayatan, dengan atau tanpa pembuangan kulit, perapihan, pencucian, dengan atau tanpa pembekuan, pengepakan dan penyimpanan segar atau beku. Bentuk fillet ikan terbagi dalam dua jenis yaitu fillet ikan dengan kulit skin-on dan fillet ikan tanpa kulit skin-less. Pada setiap jenis fillet tersebut dapat dibagi lagi ke dalam dua bagian, yaitu fillet yang masih memiliki bagian dinding perut belly-on dan fillet yang tidak memiliki bagian dinding perut belly-off. Berdasarkan bahan bakunya, fillet dapat dikategorikan ke dalam dua golongan yaitu fillet yang berasal dari ikan ekonomis tinggi seperti fillet kakap merah Lutjanus argentimaculatus, fillet kerapu Serranidae, fillet ikan nila Oreochromis niloticus dan fillet ikan patin Pangasius pangasius serta fillet yang berasal dari ikan tidak bernilai ekonomis tinggi seperti fillet ikan kurisi Nemiptterus nemathoporus, fillet ikan swangi Priyacanthus tayenus, fillet ikan kuniran Upenus sulphereus, fillet ikan paperek Leiognathus sp dan fillet ikan gerot-gerot Pomadasys sp Ditjen P2HP 2007. Proses Pengolahan Fillet Ikan Dalam proses pengolahan ikan, kesegaran adalah mutlak. Jika ikan sebagai bahan baku sudah tidak segar lagi, maka sebaik apapun proses pengolahannya tidak akan menghasilkan produk yang baik. Bahan mentah yang tidak segar memberikan pengaruh negatif terhadap rendemen, kualitas produk, produktivitas tenaga kerja dan biaya pengolahannya. Poernomo 2009 menyatakan, bahwa kesegaran ikan berpengaruh terhadap keamanan konsumsinya. 5 Badan Standardisasi Nasional 2006 menyatakan proses pengolahan fillet beku dimulai dari tahap penerimaan, sortasi 1, penyiangan, pencucian 1, pemfilletan, perapihan, pencucian 2, sortasi, penimbangan, penyusunan dalam pan, pembekuan, penggelasan dan pengepakan. Secara detail, alur proses pengolahan fillet ikan beku baik tanpa kulit maupun dengan kulit dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Alur proses pengolahan fillet ikan beku Penerimaan Sortasi 1 Penyiangan Pencucian 1 Pengepakan Penggelasan Pembekuan Penyusunan dalam pan Penimbangan Sortasi Pencucian 2 Perapihan Pemfiletan 6 Lebih lanjut, Badan Standardisasi Nasional 2006 menjelaskan masing- masing tahapan proses pengolahan fillet ikan beku sebagai berikut 1. Penerimaan Bahan baku yang diterima di unit pengolahan fillet ikan diuji secara organoleptik dan harus ditangani secara hati-hati, cepat, cermat dan saniter dengan suhu pusat produk maksimal 5°C dan selanjutnya dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat totalnya. 2. Sortasi 1 Ikan dipisahkan berdasarkan jenis, mutu dan ukuran. Sortasi harus dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter dengan suhu pusat produk maksimal 5°C. 3. Penyiangan Ikan disiangi untuk dibuang sisik dan isi perut. Penyiangan harus dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter dengan suhu pusat produk maksimal 5°C. Blow 2001 menyatakan pembuangan sisik sangat penting untuk minimalkan bakteri dan mengurangi resiko terdapatnya sisik pada fillet yang telah dipaking. 4. Pencucian 1 Ikan dicuci dengan air yang bersih dan dingin. Pencucian harus dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter dengan tetap menjaga suhu pusat produk maksimal 5°C. 5. Pemfilletan Ikan difillet secara cepat, cermat dan saniter dengan tetap menjaga suhu pusat produk maksimal 5°C. 6. Perapihan Fillet ikan dirapihkan dengan memotong daging perut dan membuang tulang yang masih tersisa secara cepat, cermat dan saniter dengan tetap menjaga suhu pusat produk maksimal 5°C. 7. Pencucian 2 Fillet ikan dicuci dengan air yang bersih dan dingin. Pencucian harus dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter dengan tetap menjaga suhu pusat produk maksimal 5°C. 7 8. Sortasi 2 Fillet ikan dipisahkan berdasarkan ukuran. Sortasi harus dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter dengan tetap menjaga suhu pusat produk maksimal 5°C. 9. Penimbangan Fillet ikan ditimbang satu per satu untuk mengetahui beratnya dengan menggunakan timbangan yang telah dikalibrasi. Penimbangan harus dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter dengan tetap menjaga suhu pusat produk maksimal 5°C. 10. Penyusunan dalam Pan Fillet ikan disusun dalam pan yang telah dilapisi plastik satu per satu. Proses penyusunan harus dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter dengan tetap menjaga suhu pusat produk maksimal 5°C. 11. Pembekuan Fillet ikan dibekukan dengan metode pembekuan cepat hingga suhu pusat ikan maksimal -18°C. 12. Penggelasan Fillet ikan yang telah dibekukan kemudian disemprot dengan air dingin pada suhu 0-1°C. Proses penggelasan harus dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter. 13. Pengepakan Fillet ikan beku dibungkus plastik secara individual dan dimasukan dalam master karton sesuai dengan label. Pengepakan harus dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter. Jaminan Mutu dan Kemanan Pangan Produk Perikanan
Pembekuandapat dilakukan baik terhadap ikan utuh maupun yang sudah mengalami pengolahan seperti fillet, steak, stick dan loin. Tujuan dari praktek kerja lapang ini adalah untuk mengetahui teknik dan hambatan pada pembekuan fillet ikan lencam (Lethrinus sp.) dengan udara dingin (Cooled Air Freezer). Praktek kerja lapang ini dilaksanakan di PT.
Makanan Dari Bahan Pangan Setengah Jadi Berbahan Baku Ikan Banyaknya sumber perikanan dan peternakan di Indonesia membuat negara kita memiliki banyak variasi pengolahan Makanan Dari Bahan Pangan Setengah Jadi Berbahan Baku Ikan khas daerah yang berasal dari ikan dan daging. Pada setiap tempat yang menyajikan makanan, pasti ada menu makan yang bahan dasarnya ikan dan daging. Selain itu, ikan dan daging memiliki kandungan protein hewani yang memang sangat diperlukan oleh tubuh. Kebutuhan protein hewani setiap tahun meningkat sebanding dengan jumlah warga negara Indonesia yang selalu meningkat setiap tahun. Oleh sebab itu, saat ini banyak penyediaan bahan protein hewani yang melakukan proses pengolahan Makanan Dari Bahan Pangan Setengah Jadi Berbahan Baku Ikan agar dapat diolah menjadi variasi makanan baik tradisional maupun modern. 1. Pengertian Sumber perikanan tangkap saat ini telah dieksploitasi secara berlebih atau over fishing. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kekurangan persediaan pangan di masa yang akan datang, perlu dilakukan usaha maksimalisasi pemanfaatan hasil tangkap. Proses pemanfaatan ikan tangkap tersebut dengan dimanfaatkan sebagai bahan baku pengolahan diversifikasi yang berbahan dasar ikan, bahan baku tersebut bisa berupa ikan fillet ataupun surimi dalam Makanan Dari Bahan Pangan Setengah Jadi Berbahan Baku Ikan. 2. Jenis dan Manfaat Jenis-jenis bahan baku yang digunakan untuk membuat makanan produk perikanan antara lain seperti berikut. a. Ikan fillet Fillet ikan adalah bentuk irisan daging ikan tanpa tulang tanpa sisik dan kadang tanpa kulit. Sebagai bahan mentah raw material, dipakai ikan yang benar-benar segar. Sisiksisiknya dibuang lalu ikan dicuci sebersih-bersih nya ikan fillet dapat diolah menjadi berbagai produk seperti pempek, stik ikan, bakso ikan, dan lain-lain. b. Surimi Surimi merupakan salah satu bentuk produk olahan setengah jadi yang memiliki daya guna tinggi dalam pengembangan olahan ikan. Surimi dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan dan dapat pula digunakan sebagai campuran olahan dari sosis, nugget, donat ikan, dan lain-lain. Surimi memiliki kandungan konsentrasi protein myofibril yang sangat tinggi sehingga bisa menghasilkan produk yang elastis dan kenyal. 3. Metode Pengolahan Surimi sebagai bahan baku perikanan serta fillet ayam dapat diolah dengan melalui beberapa proses, seperti berikut a. Penggilingan Fillet ikan yang sudah dicuci kemudian dimasukkan ke dalam grinder untuk digiling sehingga berbentuk pasta. Pada saat penggilingan, daging harus diberikan garam secukupnya. Garam diberikan pada awal penggilingan berguna untuk meningkatkan kerekatan pasta ikan. Jika dilakukan pada akhir penggilingan sifat kerekatan pasta ikan/ayam akan menurun. Bahan baku surimi tidak perlu digilling kembali karena sudah halus. Setelah penggilingan dilanjutkan dengan pengadonan, dan penambahan bahan baku lainnya seperti tepung tapioka dan telur yang berguna untuk menjaga kualitas kekenyalan. Adonan dimasukkan bumbu berupa garam, gula, dan rempah-rempah yang sudah dihaluskan. Kemudian, dilakukan pencetakan. b. Pemanggangan Fillet ikan dapat langsung dipanggang untuk dijadikan steak ikan. Fillet ikan/ayam yang dipanggang sebaiknya fillet ikan/ ayam yang memiliki tekstur daging yang lebih kencang. Ikan dipanggang dalam oven dengan suhu 200°C selama sekitar 10 menit atau hingga kulit pelapisnya kuning keemasan. Lama pemanggangan bergantung pada ketebalan fillet Se baik nya, kita mengawasi proses pemanggangan ikan. Begitu kulit pelapis ikan telah berubah kuning keemasan, keluarkan ikan dari dalam oven. c. Menggoreng Gunakan minyak goreng dengan jumlah yang cukup hingga seluruh bagian ikan terendam minyakPastikan minyak telah panas agar kulit pelapis ikan menjadi renyahGunakan api sedang, lalu goreng ikan dengan wajan antilengket Ikan cukup dibalik sekali saja sehingga tidak mudah hancur. Tapi ingat, teknik ini tidak bisa digunakan saat kamu menggoreng ikan utuh dan hanya bisa digunakan pada fillet ikan. 4. Tahapan Pengolahan Proses diversifikasi dari bahan setengah jadi bahan baku ikan yaitu pempek akan diuraikan sebagai berikut. Adapun yang harus diperhatikan adalah tahapan/proses pembuatan dalam membuat karya pengolahan yang bermanfaat, mengandung gizi yang diperlukan tubuh, enak di lidah, memiliki nilai estetika, kemasan yang menarik serta aman bagi kesehatan. Baca Juga Pemeliharaan Dan Pengamatan Budi Daya Satwa Harapan Sarana Produksi Dan Teknik Budid Daya Satwa Harapan Jenis Jenis Dari Sebuah Pmeliharaan Satwa Harapan Demikian Artikel Makanan Dari Bahan Pangan Setengah Jadi Berbahan Baku Ikan Yang Saya Buat Semoga Bermanfaat Ya Mbloo Artikel Terkait Wirausaha Produk Rekayasa Dalam Konservasi Potensi Sumber Daya Tips Jitu! Metode Dalam Pengolahan Bahan Makanan Penerapan Sistem Aneka Produk Ikan Konsumsi Berdasarkan Daya Dukung Wilayah Perencanaan Usaha Produk Teknologi Transportasi Dan Logistik Pemetaan Peluang dari Usaha Makanan Khas Daerah
Ltj7BB. 17s72tmxij.pages.dev/4917s72tmxij.pages.dev/39217s72tmxij.pages.dev/29817s72tmxij.pages.dev/13117s72tmxij.pages.dev/31017s72tmxij.pages.dev/21317s72tmxij.pages.dev/22017s72tmxij.pages.dev/555
metode pengolahan fillet ikan dan ikan utuh adalah